Kemarin saya baru saja mendapatkan materi yang diberikan secara online mengenai 7 Principal of Rich and Wise Person, dari Mas Fajar Wibisono. Apa saja, sih tujuh prinsip tersebut? Berikut ini poin-poinnya:
- Hiduplah di bawah garis kemampuan.
- Stop menabung.
- Jangan pernah berutang.
- Jika terpaksa harus berutang, jangan pernah bayar! Pastikan orang lain yang membayarnya.
- Jangan gunakan “uang Bapak”, sebisa mungkin gunakanlah “uang anak”, kalau bisa pakai “uang cucu”.
- Ingat! Harta dibawa mati.
- Nikmatilah hidup.
Bingung dengan poin-poinnya? Apakah maksud dari semua poin di atas? Inilah sedikit penjelasannya.
Hiduplah di Bawah Garis Kemampuan
Hiduplah dengan hemat, jangan sampai menjadi besar pasak daripada tiang. Biasakan untuk membuat disposable income atau sisa uang.
Makin banyak jumlah sisa uang, akan lebih baik. Caranya cuma dua, yaitu memperbesar income atau mengetatkan pengeluaran.
Bagi kebanyakan orang, mengetatkan pengeluaran lebih mudah ketimbang menambah pemasukan.
Stop Menabung
Stop menabung dan mulailah berinvestasi. Uang sisa dari hidup di bawah garis kemampuan, Anda gunakan untuk berinvestasi.
Jangan menabung, karena inflasi Indonesia berdasarkan ITB dan IMK selama 40 tahun, besarnya mencapai 10,8% per tahun.
ITB adalah Indeks harga Teh Botol, sedangkan IMK adalah Indeks harga Majalah Kartini.
Indeks ini mas Fajar Wibisono sendiri yang membuatnya. Jadi uang Anda harus diinvestasikan pada instrumen yang bisa menghasilkan ROI di atas 11% per tahun. Di bawah itu Anda merugi.
Jangan Pernah Berutang
Hal ini bagi beberapa orang memang susah. Apalagi untuk kebutuhan sehari-hari. Diusahakan jangan pernah berutang untuk keinginan konsumtif.
Tahan diri dari semua godaannya. Memang hal ini sangat susah. Akan tetapi, Anda harus kuat. Karena Anda mau menjadi berbeda dari kebanyakan orang.
Jika Terpaksa Berutang, Jangan Pernah Bayar
Jika terpaksa harus berutang, jangan pernah membayar. Loh, kok, tidak bayar? Pastikan orang lain yang membayarnya.
Bingung, bukan? Ini bisa terjadi kalau Anda hanya berutang untuk kebutuhan yang produktif.
Misalnya saat Anda membeli aset yang menjadi produktif dengan cara disewakan. Akhirnya, aset menghasilkan uang dan bisa digunakan untuk membayar cicilan utang itu.
Contoh yang pernah saya lakukan adalah membeli mobil Toyota Hilux, harga 430 jutaan rupiah, cicilannya 9 juta rupiah.
Mobilnya saya disewakan ke perusahaan, sewa per bulan 13,5 juta rupiah.
Jadi, hasil dari penyewaaan mobil tersebut yang saya gunakan untuk membayar cicilan dan menambah pemasukan.
Jangan Gunakan “Uang Bapak”
Jangan menggunakan “uang Bapak”, sebisa mungkin gunakanlah “uang anak”, kalau memungkinkan gunakan “uang cucu”.
“Uang bapak” adalah gaji. Gaji ini dibelikan aset. Aset akan menghasilkan “uang anak”. Hasil dari aset ini diinvestasikan, terus menghasilkan yang disebut dengan “uang cucu”.
Inget materiku tentang Compunding Interest beberapa waktu lalu? Kurang lebih seperti ini.
Contohnya, kita mempunyai penghasilan yang diinvestasikan ke proyek teman. Setelah setahun akhirnya mendapatkan bagi hasil.
Setelah diterima, uang bagi hasil ini kita belikan iPhone. Inilah maksud dari belanja menggunakan “uang anak”.
Pengeluaran yang sifatnya tersier kalau bisa menggunakan uang anak. Apalagi kalau kita bisa sampai hanya menggunakan “uang cucu”. Ini TOP.
Harta Dibawa Mati
Jadikan harta yang dimiliki menjadi amal jariah yang menolong Anda kelak. Gunakanlah untuk wakaf masjid, wakaf pesantren, wakaf pendidikan untuk anak yatim, dan lain-lain.
Nikmatilah Hidup
Prinsip yang terakhir adalah nikmatilah hidup, nerimo. Jangan terlalu sering melihat ke kanan dan kiri, berbahagialah dengan apa yang sudah menjadi rezeki. Hati tenang, maka hidup bahagia.
Jadi, dari tujuh poin Principal of Rich and Wise Person ini, manakah yang sudah Anda lakukan? Jangan lupa, lakukan secara kontinu, ya!