“Sejatine urip kuwi mung sawang sinawang.”
(Hakikat hidup hanyalah soal bagaimana seseorang memandang kehidupan).
Tahukah Anda kenapa hidup kita mulai terasa tidak enak?
Karena mulai membandingkan hidup Anda dengan hidup orang lain. Membandingkan apa yang mereka punya, sementara Anda tidak.
Membandingkan penghasilan mereka dengan penghasilan Anda. Iri dengan jalan mereka yang lurus dan mulus, sedangkan jalan yang Anda lalui berputar-putar penuh liku.
Menginginkan perjalanan mereka yang begitu mudah, sedangkan perjalanan Anda begitu sulit sehingga seringkali diri merasa payah. Fiuuh….
Membandingkan adalah aktivitas tanpa akhir. Tersebab itulah Anda jadi lupa tentang hakikat syukur. Kehidupan hari ini yang Anda keluhkan, mungkin adalah kehidupan yang orang lain impikan.
Bulan November 2018 saya sempat off dari Facebook. Saya menghapus semua aplikasi Facebook di ponsel dan komputer.
Capek melihat kesuksesan-kesuksesan orang lain. Ada yang omzetnya segini, lalu ada pula yang baru membuka cabang kesekian ratus.
Lain lagi ada yang baru mendapatkan proyek besar, dan bla bla bla bla…. Kelihatannya semua sukses.
Jadi capek sekaligus iri. Mungkin karena kondisi saya saat itu sedang sangat terpuruk.
Akhirnya, saya memilih untuk sedikit menghilang dari kehidupan media sosial dan fokus sendirian menyelesaikan masalah.
Karena masalah saya tidak akan selesai hanya dengan membaca status Facebook orang lain. Namun, makin menjauh malah makin dalam masalahnya.
Saya makin stres bahkan depresi. Hampir tiap malam mimpi buruk. Dikejar masalah, dikejar utang, dan dikejar tuntutan harus sukses seperti orang lain. Fiuhhh, capek banget.
Ternyata Inilah Solusi yang Saya Cari
Sampai suatu hari, saya bertemu adik kelas yang sedang punya masalah utang miliaran rupiah karena ditipu oleh karyawannya. Akan tetapi, dia berbeda. Ia selalu terlihat optimis dan bersemangat.
Dia sedang menuju ikhtiar untuk selesai dari masalahnya.
“Bro, apa rahasianya, kok bisa optimis padahal masalahnya berat?”
“Ane keliling terus kang, silaturahim, cari jalan. Ketemu A, minta saran atas masalah ane, ketemu B juga seperti itu, ketemu C dan seterusnya.”
“Lah, kan ane ngejalanin saran dari status fesbuk abang yang dulu, yang itu tuh, silaturahim dengan empat golongan tiap bulan. Karena masalah ane berat, ane jadi tiap minggu ajah silaturahim sm orang “
JLEB.
Silaturahmi. Mungkin ini solusinya. Akan tetapi, saya lebih memilih mengasingkan diri.
Sejak pertemuan itu saya langsung keliling bersilaturahmi ke mana-mana. Meminta nasihat dan saran atas semua masalah. Bukan meminta duit atau proyek.
Saya sering ke Bandung untuk bertemu guru-guru. Hampir tiap bulan ke sana. Alhamdulillah, sangat membantu. No mention, tetapi semoga Allah Swt. membalas semua kebaikan kalian.
Sampai akhirnya, saya dikontak oleh teman SMA. Sudah 5 tahun lebih tidak bertemu.
Awalnya enggan, tetapi akhirnya saya paksakan untuk bertemu. Tidak ada agenda apa-apa.
Hanya mau mengobrol saja. Sampai kemudian dia bertanya tentang proyek yang sedang dikerjakan dan saya menceritakannya. Di akhir pertemuan, dia bilang ingin berinvestasi di proyek saya, kecil saja X miliar rupiah.
What?! Kaget, saya sangka bercanda. Baru bertemu di siang hari, saat sore hari sudah memberikan uang DP untuk berinvestasi.
Inikah pertolongan Allah Swt? Dari jalan yang tidak disangka-sangka, tidak direncanakan, dan tidak pernah terpikir. Justru kejadian. Allahu Akbar.
Dari situ akhirnya saya menggiatkan lagi silaturahmi. Bahkan, menjadi KPI pribadi dan perusahaan. Sampai akhirnya momentum itu tiba dan saya bisa menyelesaikan semua masalah yang dahulu dianggap sangat besar.
Sawang Sinawang
Teringat nasihat guru: Allah Swt. tahu sebesar apa beban di dalam hatimu sehingga kamu tidak perlu ragu bahwa Dia akan membantumu menyelesaikan semua masalahmu.
Hari ini saya sadar, banyak orang yang lebih sukses, lebih kaya, dan lebih beruntung.
So What?? Saya tidak (terlalu) peduli.
Kembali lagi kepada filosofi Jawa, sawang sinawang. Saya tidak mau lagi terjebak untuk membandingkan kehidupan orang lain dengan kehidupan sendiri. Saya hanya ingin bahagia tanpa syarat.
Hari ini saya kembali aktif di Facebook. Mencoba untuk mencari amal jariah dengan membagi ilmu atau pengalaman yang saya dapatkan ke orang lain untuk menjadi inspirasi atau pelajaran sehingga teman-teman tidak jatuh ke lubang yang sama.
Tidak usah iri dengan kehidupan saya, tidak sebagus itu, kok. Bersyukurlah selalu menjadi apa pun dirimu.